Rabu, 05 Juni 2013

Setiap amal perbuatan kita selalu dicatat oleh Allah 'azzawajalla melalui malaikatNya. Baik itu, amal baik maupun amal buruk semua pasti akan dimintai pertangggung jawaban. Tidak sedikit orang yang menyadari hal ini, banyak sekali orang yang masih melakukan hal-hal yang tidak baik, padahal semua amal itu akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah 'azzawajalla. Amal yang baik akan dibalas dengan kebaikan yaitu Surga, sedangkan amal yang buruk juga akan dibalas dengan siksa dan azab Neraka.
Ada 2 jenis penghuni neraka:
1. Penghuni neraka yang tidak kekal
Mereka merupakan kelompok zhâlim linafsihi yang merupakan sebutan bagi orang-orang muslim yang berbuat taqshîr (kurang beramal) dalam sebagian kewajiban, ditambah dengan tindakan beberapa pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan, termasuk dosa-dosa besar.[Tafsîrul-Qur‘ânil-’Azhîm (6/568), al-Aisar (1062)] Atau dengan kata lain, orang yang taat kepada Allâh Ta'ala, akan tetapi ia juga berbuat maksiat kepada-Nya. Karakter golongan ini tertuang dalam firman Allâh Ta'ala berikut  [Adhwâul Bayân (6/164)]:
وَءَاخَرُونَ ٱعۡتَرَفُواْ بِذُنُوبِہِمۡ خَلَطُواْ عَمَلاً۬ صَـٰلِحً۬ا وَءَاخَرَ سَيِّئًا عَسَى ٱللَّهُ أَن يَتُوبَ عَلَيۡہِمۡ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ
Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampur-baurkan perkerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. at-Taubah/9: 102)
Seluruh Ulama Ahlu Sunnah wal Jama'ah bersepakat bahwa penghuni Neraka yang memiliki keimanan dalam hatinya, meskipun hanya seberat butir atom, akan keluar dari Neraka. Baik dengan syafa'at para nabi, malaikat atau orang mukmin, maupun dengan rahmat Allah Azza wa Jalla.
Sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam hadits panjang tentang syafa’at :
فَأُخْرِجُهُمْ مِنَ النَّارِ وَأُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ حَتَّى مَا يَبْقَى فِي النَّارِ إِلَّا مَنْ حَبَسَهُ الْقُرْآنُ أَيْ وَجَبَ عَلَيْهِ الْخُلُودُ
"Maka aku mengeluarkan mereka (orang-orang beriman yang masuk neraka) dari neraka, sehingga tidak tersisa di dalam neraka, kecuali orang yang ditahan oleh Al Qur’an, yaitu orang yang pasti kekal (di dalam neraka)". [HR Bukhari, Muslim, dan lainnya, dari Anas bin Malik]
2. Penghuni neraka yang kekal
Para penghuni neraka yang akan kekal di dalamnya dan tidak akan keluar ataupun binasa adalah orang-orang kafir dan musyrik. 
Alloh ta'aala berfirman:
وَٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـَٔايَـٰتِنَا وَٱسۡتَكۡبَرُواْ عَنۡہَآ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلنَّارِ‌ۖ هُمۡ فِيہَا خَـٰلِدُونَ
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Al-A'rof:36)
Dalam surat yang lain:
لَوۡ كَانَ هَـٰٓؤُلَآءِ ءَالِهَةً۬ مَّا وَرَدُوهَا‌ۖ وَڪُلٌّ۬ فِيہَا خَـٰلِدُونَ
Andaikata berhala-berhala itu tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. Dan semuanya akan kekal di dalamnya. (Al-Anbiya:99)
Firman Allah yang lain:
وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَهُمۡ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقۡضَىٰ عَلَيۡهِمۡ فَيَمُوتُواْ وَلَا يُخَفَّفُ عَنۡهُم مِّنۡ عَذَابِهَاۚ كَذَٲلِكَ نَجۡزِى كُلَّ ڪَفُورٍ۬
Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak [pula] diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah kami membalas setiap orang yang sangat kafir. (Faatrhir:36)
Dan masih banyak ayat-ayat yang lainnya. Antara lain dalam Surat Az-zuhruf:74, Al-Baqoroh:39, Al-Baqoroh:161-162, At-Taubah:17,63, Al-Maidah:37 dan Yunus:52.
Sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا فَإِنَّهُمْ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ وَلَكِنْ نَاسٌ أَصَابَتْهُمُ النَّارُ بِذُنُوبِهِمْ أَوْ قَالَ بِخَطَايَاهُمْ فَأَمَاتَهُمْ إِمَاتَةً حَتَّى إِذَا كَانُوا فَحْمًا أُذِنَ بِالشَّفَاعَةِ فَجِيءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ ضَبَائِرَ فَبُثُّوا عَلَى أَنْهَارِ الْجَنَّةِ ثُمَّ قِيلَ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ أَفِيضُوا عَلَيْهِمْ فَيَنْبُتُونَ نَبَاتَ الْحِبَّةِ تَكُونُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ كَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ كَانَ بِالْبَادِيَةِ
"Adapun ahli neraka yang mereka merupakan penduduknya, maka sesungguhnya mereka tidak akan mati di dalam neraka dan tidak akan hidup. Tetapi orang-orang yang dibakar oleh neraka dengan sebab dosa-dosa mereka, maka Dia (Allah) mematikan mereka. Sehingga apabila mereka telah menjadi arang, diberi izin mendapatkan syafa’at. Maka mereka didatangkan dalam keadaan kelompok-kelompok yang berserakan. Lalu mereka ditebarkan di sungai-sungai surga, kemudian dikatakan: “Wahai penduduk surga tuangkan (air) kepada mereka!” Maka merekapun tumbuh sebagaimana tumbuhnya bijian yang ada pada aliran air". [HR Muslim no. 185; dan lainnya. Lihat takhrijnya dalam Silsilah Ash Shahihah no. 1551]
Mengomentari hadits ini, An Nawawi menyatakan: Adapun makna hadits ini, dan Allah lebih mengetahui terhadap makna hadits ini, bahwa orang-orang kafir, yang mereka adalah ahli (penduduk) neraka dan berhak kekal (di dalamnya). Tidak akan mati di dalamnya, dan tidak akan hidup dengan kehidupan yang memberikan manfaat dan nyaman dengannya, sebagaimana firman Allah:
لاَ يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلاَ يُخَفَّفُ عَنْهُم مِّنْ عَذَابِهَا
"Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka adzabnya". [Fathir:36].
Dan sebagaimana firman Allah:
ثُمَّ لاَ يَمُوتُ فِيهَا وَلاَ يَحْيَى
"Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup". [Al A’la:13].
Dan ini menurut jalan ahlul haq, bahwa kenikmatan surga itu abadi, dan siksaan terhadap orang-orang yang kekal di dalam neraka juga abadi.[Shahih Muslim Syarah An Nawawi 2/41]
Syaikh Al Albani berkata,“Dan sisi penunjukkan dalil hadits ini, bahwa hadits ini mengikuti Al Qur’an menyatakan dengan nyata, bahwa orang kafir tidak akan mati di dalam neraka dan tidak akan hidup. Jika dikatakan: bahwa neraka akan binasa, maka kemungkinan akan dikatakan: neraka akan binasa dengan orang-orang yang ada di dalamnya, sebagaimana itu yang segera difahami jika dikatakan neraka binasa. Atau neraka saja yang akan binasa tanpa orang-orang yang ada di dalamnya. Maka kedua kemungkinan itu batil.” [Raf’ul Astar, hal. 20, karya Ash Shan’ani, tahqiq Al Albani.]
Sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
يُجَاءُ بِالْمَوْتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُ كَبْشٌ أَمْلَحُ زَادَ أَبُو كُرَيْبٍ فَيُوقَفُ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَاتَّفَقَا فِي بَاقِي الْحَدِيثِ فَيُقَالُ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ هَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا فَيَشْرَئِبُّونَ وَيَنْظُرُونَ وَيَقُولُونَ نَعَمْ هَذَا الْمَوْتُ قَالَ وَيُقَالُ يَا أَهْلَ النَّارِ هَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا قَالَ فَيَشْرَئِبُّونَ وَيَنْظُرُونَ وَيَقُولُونَ نَعَمْ هَذَا الْمَوْتُ قَالَ فَيُؤْمَرُ بِهِ فَيُذْبَحُ قَالَ ثُمَّ يُقَالُ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ خُلُودٌ فَلَا مَوْتَ وَيَا أَهْلَ النَّارِ خُلُودٌ فَلَا مَوْتَ قَالَ ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ( وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ ) وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى الدُّنْيَا
"Pada hari kiamat, kematian akan didatangkan seolah-olah kambing amlah (yang berwarna putih murni; atau warnanya putih dan hitam, dan yang dominan warna putihnya), lalu dihentikan di antara surga dan neraka. Kemudian dikatakan: “Wahai penduduk surga, tahukah kamu ini?” Lalu mereka mengangkat kepala (kepada penyeru itu) dan melihat, serta mengatakan,“Ya, itu kematian.” Dan dikatakan,“Wahai penduduk neraka, tahukah kamu ini?” Lalu mereka mengangkat kepala (kepada penyeru itu) dan melihat, serta mengatakan,“Ya, itu kematian.” Maka diperintahkan terhadap kematian (yang berujud kambing tersebut), lalu ia disembelih. Kemudian dikatakan: “Wahai penduduk surga, kekal, tidak ada kematian! Wahai penduduk neraka, kekal, tidak ada kematian!”
Kemudian Rasulullah Sholallohu'alaihi wasallam membaca:
وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman. ( Maryam:39). Dan beliau mengisyaratkan dengan tangannya kepada dunia". [HR Muslim, no. 2849, dari Abu Sa’id]
Syaikh Al Albani rahimahullah berkata,“Di dalam hadits ini terdapat dalil yang pasti atas batilnya anggapan mengenai binasanya neraka. Karena Dia menjadikan neraka seperti surga, tentang kekekalan penduduk neraka dan apa yang mereka alami yang berupa siksaan selama-lamanya. Sebagaimana surga, selamanya tidak akan binasa. Maka demikian juga neraka, tidak akan binasa selamanya. Dan semua itu nyata, insya Allah Ta’ala.” [Raf’ul Astar, hal. 21, karya Ash Shan’ani, tahqiq Al Albani]. Dan masih banyak dalil-dalil lainnya. Namun kami rasa semua keterangan di atas sudah lebih dari cukup untuk menetapkan perkara di atas.
Dosa Terberat Orang yang Kekal di Neraka
Al-qur’an dengan panjang lebar menerangkan dosa-dosa orang-orang yang kekal di neraka; yang dengan dosa itu mereka benar-benar berhak kekal di dalam api neraka. Dosa-doa tersebut adalah:
1. Kekufuran dan Kemusyrikan.
Alloh ta’aala telah memberitahukan kepada kita bahwa orang-orang kafir itu akan diseru ketika mereka sudah di neraka dengan ungkapan:
“Sesungguhnya murka Alloh kepada kamu semua lebih besar ketimbang murka kamu terhadap diri kamu sendiri yang disebabkan kekufuran dan ketidakmauan kamu untuk beriman”.
Kemudian Alloh menjelaskan bahwa kekekalan mereka di neraka adalah disebabkan kekufuran dan kemusrikan mereka di dalam surat Al-Mu’min:11-12:
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يُنَادَوۡنَ لَمَقۡتُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُ مِن مَّقۡتِكُمۡ أَنفُسَڪُمۡ إِذۡ تُدۡعَوۡنَ إِلَى ٱلۡإِيمَـٰنِ فَتَكۡفُرُونَ (١٠) قَالُواْ رَبَّنَآ أَمَتَّنَا ٱثۡنَتَيۡنِ وَأَحۡيَيۡتَنَا ٱثۡنَتَيۡنِ فَٱعۡتَرَفۡنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلۡ إِلَىٰ خُرُوجٍ۬ مِّن سَبِيلٍ۬ (١١) ذَٲلِكُم بِأَنَّهُ ۥۤ إِذَا دُعِىَ ٱللَّهُ وَحۡدَهُ ۥ ڪَفَرۡتُمۡۖ وَإِن يُشۡرَكۡ بِهِۦ تُؤۡمِنُواْۚ فَٱلۡحُكۡمُ لِلَّهِ ٱلۡعَلِىِّ ٱلۡكَبِيرِ (١٢)
Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka [pada hari kiamat]: "Sesungguhnya kebencian Allah [kepadamu] lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman lalu kamu kafir" (10) Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali [pula], lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan [bagi kami] untuk keluar [dari neraka]?" (11) Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan [sekarang ini] adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (12)
Dalam Surat As-Su’ara Alloh ta’aala berfirman:
فَكُبۡكِبُواْ فِيہَا هُمۡ وَٱلۡغَاوُ ۥنَ (٩٤) وَجُنُودُ إِبۡلِيسَ أَجۡمَعُونَ (٩٥) قَالُواْ وَهُمۡ فِيہَا يَخۡتَصِمُونَ (٩٦) تَٱللَّهِ إِن كُنَّا لَفِى ضَلَـٰلٍ۬ مُّبِينٍ (٩٧) إِذۡ نُسَوِّيكُم بِرَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (٩٨)
Maka mereka [sembahan-sembahan itu] dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat, (94) dan bala tentara iblis semuanya. (95) Mereka berkata sedang mereka bertengkar di dalam neraka: (96) "Demi Allah: sungguh kita dahulu [di dunia] dalam kesesatan yang nyata, (97) karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam". (98)
2. Tidak melaksanakan tugas-tugas syariat dibarengi sikap mendustakan hari akhir dan tidak berpegang kepada ketentuan-ketentuan syariat.
Alloh memberitahukan kita bahwa para penghuni surga bertanya kepada penghuni neraka seraya berkata:
مَا سَلَڪَكُمۡ فِى سَقَرَ (٤٢)
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar [neraka]?"
Mereka menjawab:
لَمۡ نَكُ مِنَ ٱلۡمُصَلِّينَ (٤٣) وَلَمۡ نَكُ نُطۡعِمُ ٱلۡمِسۡكِينَ (٤٤) وَڪُنَّا نَخُوضُ مَعَ ٱلۡخَآٮِٕضِينَ (٤٥) وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوۡمِ ٱلدِّينِ (٤٦) حَتَّىٰٓ أَتَٮٰنَا ٱلۡيَقِينُ (٤٧)
"Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, (43) dan kami tidak [pula] memberi makan orang miskin, (44) dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, (45) dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, (46) hingga datang kepada kami kematian". (47)
3. Patuh kepada para pemimpin kesesatan dan kekufuran dalam hal-hal yang ditetapkan mereka, seperti prinsip-prinsip kesesatan dan langkah-langkah kekufuran yang menghalangi agama Alloh dan menghalangi untuk mengikuti para rasul. Alloh ta’aala mengisahkan mereka dalam firmannya dalam surat Fushilat ayat 25-28:
لَّا يَأۡتِيهِ ٱلۡبَـٰطِلُ مِنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَلَا مِنۡ خَلۡفِهِۦ‌ۖ تَنزِيلٌ۬ مِّنۡ حَكِيمٍ حَمِيدٍ۬ (٤٢) مَّا يُقَالُ لَكَ إِلَّا مَا قَدۡ قِيلَ لِلرُّسُلِ مِن قَبۡلِكَ‌ۚ إِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغۡفِرَةٍ۬ وَذُو عِقَابٍ أَلِيمٍ۬ (٤٣) وَلَوۡ جَعَلۡنَـٰهُ قُرۡءَانًا أَعۡجَمِيًّ۬ا لَّقَالُواْ لَوۡلَا فُصِّلَتۡ ءَايَـٰتُهُ ۥۤ‌ۖ ءَا۠عۡجَمِىٌّ۬ وَعَرَبِىٌّ۬‌ۗ قُلۡ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ هُدً۬ى وَشِفَآءٌ۬‌ۖ وَٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ فِىٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٌ۬ وَهُوَ عَلَيۡهِمۡ عَمًى‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ يُنَادَوۡنَ مِن مَّكَانِۭ بَعِيدٍ۬ (٤٤) وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا مُوسَى ٱلۡكِتَـٰبَ فَٱخۡتُلِفَ فِيهِ‌ۗ وَلَوۡلَا ڪَلِمَةٌ۬ سَبَقَتۡ مِن رَّبِّكَ لَقُضِىَ بَيۡنَهُمۡ‌ۚ وَإِنَّهُمۡ لَفِى شَكٍّ۬ مِّنۡهُ مُرِيبٍ۬ (٤٥) مَّنۡ عَمِلَ صَـٰلِحً۬ا فَلِنَفۡسِهِۦ‌ۖ وَمَنۡ أَسَآءَ فَعَلَيۡهَا‌ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّـٰمٍ۬ لِّلۡعَبِيدِ (٤٦) ۞ إِلَيۡهِ يُرَدُّ عِلۡمُ ٱلسَّاعَةِ‌ۚ وَمَا تَخۡرُجُ مِن ثَمَرَٲتٍ۬ مِّنۡ أَكۡمَامِهَا وَمَا تَحۡمِلُ مِنۡ أُنثَىٰ وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلۡمِهِۦ‌ۚ وَيَوۡمَ يُنَادِيہِمۡ أَيۡنَ شُرَڪَآءِى قَالُوٓاْ ءَاذَنَّـٰكَ مَا مِنَّا مِن شَہِيدٍ۬ (٤٧)
Yang tidak datang kepadanya [Al Qur’an] kebathilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (42) Tidaklah ada yang dikatakan [oleh orang-orang kafir] kepadamu itu selain apa yang sesungguhnya telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. Sesungguhnya Tuhan kamu benar-benar mempunyai ampunan dan hukuman yang pedih. (43) Dan jikalau Kami jadikan Al Qur’an itu suatu bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?". Apakah [patut Al Qur’an] dalam bahasa asing, sedang [rasul adalah orang] Arab? Katakanlah: "Al Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka . Mereka itu adalah [seperti] orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh". (44) Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Taurat lalu diperselisihkan tentang Taurat itu. Kalau tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Tuhanmu, tentulah orang-orang kafir itu sudah dibinasakan. Dan sesungguhnya mereka terhadap Al Qur’an benar-benar dalam keragu-raguan yang membingungkan. (45) Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka [pahalanya] untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka [dosanya] atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba [Nya]. (46) Kepada-Nyalah dikembalikan pengetahuan tentang hari kiamat [1]. Dan tidak ada buah-buahan keluar dari kelopaknya dan tidak seorang perempuanpun mengandung dan tidak [pula] melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Pada hari Tuhan memanggil mereka: "Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu?" ; mereka menjawab: "Kami nyatakan kepada Engkau bahwa tidak ada seorangpun di antara kami yang memberi kesaksian [bahwa Engkau punya sekutu]". (47)
4. Kemunafikan
Munafik di sini dari segi akidah dan I’tiqad yaitu orang kafir yang mengaku beriman dan berpura-pura masuk Islam. Golongan ini merupakan orang yang tidak mendapat hidayah atau petunjuk dari Allah ‘azzawajalla, sehingga jalan hidupnya yang ditempuh tidaklah mengandungi nilai-nilai ibadah dan segala amal yang dikerjakan tidak untuk mencari keredaan Alah Subhanahu wata’aala.Orang munafik seperti ini  adalah orang yang bermuka dua, mengaku beriman padahal hatinya ingkar (kufur dan syirik). 
Alloh ta’aala menjanjikan neraka bagi orang-orang munafik dan itu adalah janji yang sudah diputuskan yang tidak akan diingkari olehNya.
Alloh ta’aala berfirman dalam surat At-Taubah:69
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُنَـٰفِقِينَ وَٱلۡمُنَـٰفِقَـٰتِ وَٱلۡكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَـٰلِدِينَ فِيہَا‌ۚ هِىَ حَسۡبُهُمۡ‌ۚ وَلَعَنَهُمُ ٱللَّهُ‌ۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ۬ مُّقِيمٌ۬
Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka; dan Allah mela’nati mereka; dan bagi mereka azab yang kekal.
Dan mereka akan ditempatkan di dasar neraka jahanam:
إِنَّ ٱلۡمُنَـٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرۡكِ ٱلۡأَسۡفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمۡ نَصِيرًا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu [ditempatkan] pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.
5. Kesombongan
Sombong merupakan sifat yang dimiliki oleh penghuni neraka umumnya. Alloh ta’aala berfirman:
وَٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـَٔايَـٰتِنَا وَٱسۡتَكۡبَرُواْ عَنۡہَآ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلنَّارِ‌ۖ هُمۡ فِيہَا خَـٰلِدُونَ
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Al-A’rof:36)
Allah Ta’ala berfirman:
قِيلَ ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ
“Dikatakan (kepada mereka), “Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, dalam keadaan kekal di dalamnya” Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. Az-Zumar: 72)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu katanya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: Neraka berdebat dengan Syurga, Neraka berkata: Aku akan dimasuki oleh orang yang zalim dan takbur (sombong). Syurga juga berkata: Aku akan dimasuki oleh orang yang lemah dan miskin. Maka Allah Azza Wa Jalla berfirman kepada Neraka: Kamu adalah siksaan-Ku. Aku akan menyiksa siapa saja yang Aku kehendaki melaluimu. Allah berfirman: Aku gunakan kamu untuk menimpakan bencana terhadap siapa saja yang Aku kehendaki. Allah berfirman pula kepada Syurga: Kamu adalah rahmat-Ku. Aku akan berikan rahmat Ku melalui kamu kepada siapa saja yang Aku kehendaki. Kedua-dua dari kamu Aku akan isi hingga penuh. (HR. Muslim no. 5081)
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan masuk surga, orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi kesombongan.” Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya bagaimana jika seseorang menyukai apabila baju dan sandalnya bagus (apakah ini termasuk kesombongan)?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah menyukai keindahan. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim no. 91)
Haritsah bin Wahab radhiallahu anhu berkata: Saya pernah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya:
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah aku beritahukan kepada kalian siapa penghuni neraka?” Mereka menjawab, “Mau.” Beliau bersabda, “Setiap orang yang kasar, congkak dalam berjalan, dan sombong.” (HR. Al-Bukhari no. 9417 dan Muslim no. 2853)
Dari Abu Said Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiallahu anhuma keduanya berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْعِزُّ إِزَارُهُ وَالْكِبْرِيَاءُ رِدَاؤُهُ فَمَنْ يُنَازِعُنِي عَذَّبْتُهُ
“Kemuliaan adalah sarung-Nya dan kesombongan adalah selendang-Nya. (Allah berfirman:) Barangsiapa yang menyaiki-Ku (pada kedua sifat ini) maka Aku akan mengazabnya.” (HR. Muslim no. 2620)
Sifat sombong dan takabbur merupakan salah satu di antara sifat-sifat Allah yang hanya boleh dimiliki oleh Allah. Karenanya tidak ada seorang makhlukpun yang boleh bersifat dengannya. Karena siapa saja yang mencoba untuk bersifat dengannya maka Allah Ta’ala akan menyiksanya karena telah menyaingi-Nya dalam sifat yang khusus miliknya, sebagaimana Allah akan menyiksa orang yang menyaingi-Nya dalam ibadah yang merupakan hak khusus milik Allah. Dan sungguh Allah telah menjatuhkan ancamannya ini kepada makhluk pertama yang mencontohkan kesombongan yaitu Iblis. Hal itu terjadi tatkala dia enggan untuk melaksanakan perintah Allah berupa sujud kepada Adam alaihissalam. Semua itu karena sifat sombong dan congkak yang dia miliki dengan merasa lebih baik daripada Nabi Adam alaihissalam. Karenanya wajar jika Ibnu Al-Qayyim rahimahullah menyatakan bahwa sifat sombong merupakan salah satu dari rukun-rukun kekafiran. Hal itu karena kesombongan mengantarkan seseorang untuk menolak kebenaran dan memandang rendah orang lain, sebagaimana Iblis menolak perintah Allah yang merupakan kebenaran dan memandang rendah Nabi Adam alaihissalam yang sebenarnya lebih utama daripada dirinya. Dan sungguh karena sifat sombong inilah Iblis menjadi kafir dan diusir dari langit.
Maka siapa saja yang mempunyai sifat sombong di dalam hatinya walaupun sekecil biji sawi maka dia telah menyamai Iblis dalam hal ini. Dan tatkala Iblis diusir dari surga akibat kesombongannya, maka Allah juga mengharamkan surga dari manusia yang masih mempunyai sifat sombong di dalam hatinya walaupun sekecil biji sawi. Dan itu berarti tempat kembalinya di akhirat adalah neraka Jahannam yang penuh dengan siksaan dari Allah Ta’ala, wal ‘iyadzu billah.
Faidah tambahan yang bisa dipetik dari hadits Ibnu Mas’ud di atas adalah bahwa berhias dan menjaga kebersihan diri bukanlah bentuk kesombongan, karena hal itu dianjurkan oleh Allah Ta’ala.


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar